Sebagian besar infeksi HIV pada anak berasal dari ibu yang memiliki HIV/AIDS. Dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi dari RS Cipto Mangunkusumo Kencana Jakarta, dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM, menyampaikan bahwa bayi yang lahir dari ibu dengan HIV positif perlu menjalani pemeriksaan dalam 48 jam pertama setelah kelahiran.
"Pemeriksaan PCR-DNA pada bayi baru lahir dapat mendeteksi keberadaan HIV," ujar dr. Andhika, seperti dikutip dari Antara dan diunggah oleh Kompas.com, Rabu (30/10/2024).
Pemeriksaan akan dilanjutkan pada usia 1-2 bulan dan 4-6 bulan untuk memastikan apakah bayi terinfeksi HIV atau tidak. Selain pemeriksaan medis, orang tua juga bisa memperhatikan tanda-tanda infeksi HIV pada bayi melalui pengamatan tumbuh kembangnya. Anak yang tertular HIV biasanya mengalami hambatan pertumbuhan seperti kesulitan menambah berat badan, diare kronis, batuk berulang, infeksi oportunistik seperti pneumonia, dan pembengkakan kelenjar getah bening di beberapa area tubuh yang merupakan gejala HIV pada anak.
Andhika juga menyebutkan tanda lain berupa infeksi kulit yang berulang atau infeksi jamur di mulut yang sulit sembuh. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua atau pengasuh untuk waspada terhadap tanda-tanda tersebut dan segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Penularan virus HIV dari ibu hamil yang positif kepada bayinya dapat terjadi pada tiga tahap: saat bayi masih dalam kandungan melalui plasenta, saat persalinan (melalui paparan cairan dari jalan lahir ibu), dan melalui pemberian ASI.
Menurut laman RS Sardjito, terdapat faktor-faktor yang meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak, seperti:
• Infeksi HIV ibu dalam kategori 3 atau 4
• Jumlah CD4 yang rendah pada ibu
• Jumlah virus yang tinggi pada ibu
• Infeksi akut pada ibu selama kehamilan
• Adanya infeksi sifilis, malaria, atau tuberkulosis pada ibu hamil
• Kelahiran prematur
• Pemberian makanan campuran (ASI dan susu formula).
Anak yang tidak terinfeksi HIV dari ibunya saat bayi masih dapat tertular penyakit ini saat remaja atau dewasa melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, misalnya melalui luka atau darah.
"Pada kasus anak kecil yang merawat ibu dengan HIV, risiko penularan bisa muncul jika ada kontak langsung antara luka terbuka anak dengan darah ibunya," jelas Andhika.
Namun, dr. Andhika mengingatkan bahwa HIV tidak menular melalui sentuhan, pelukan, penggunaan peralatan makan bersama, atau tinggal satu rumah dengan penderita HIV.